Kajian Rumahan: Beragamalah dengan Riang Gembira, Karena Islam Itu Kabar Gembira

Untuk kesekian kalinya, Kajian Rumahan mengadakan kajian keislaman dengan konsep homey. Kali ini, Kajian Rumahan mengundang seorang Dai Muda dari kalangan Habib yang aktif berdakwah di kalangan milenial dan masyarakat urban perkotaan; Habib Husein Ja’far al-Hadar, penceramah yang berasal dari program Cariustadz.id yang dikelola oleh Yayasan Pusat Study Quran (PSQ) asuhan Prof. Quraish Shihab.
Pada talkshow yang dimoderatori oleh Abdul Wahab dari Yayasan Santri Progresif itu, Habib Husein mengungkapkan tentang hal terpenting dalam beragama yang harus dimiliki seorang Muslim. Yaitu memahami tiga pilar utama dalam Islam: Cinta, rahmat, dan akhlak yang agung. Sebab syariat Islam bukanlah semata-mata hukum belaka, hukum Islam pun punya latar belakang cinta kasih di baliknya.
Apalagi, lanjut Habib Husein, dengan banyaknya arus informasi tentang agama dari berbagai penjuru, penting bagi umat Islam untuk melatih hati dan rasa.
“Jadi jangan menyangkal sisi kemanusiaan dalam beragama dan mengajarkan agama. Manusia itu punya perasaan jadi dalam memahami agama harus selalu mendayagunakan akal dan perasaan,” imbuh Habib Husein dalam acara talkshow yang diselenggarakan Kajian Rumahan di Bukanagara Coffee, Jakarta, pada Jumat (18/10/19).
Hal itu sebab menurut Habib Husein, Islam bukan semata-mata tentang halal haram tapi juga akhlak dan ma’ruf, yaitu baik menurut adat, kebiasaan, dan kemanusiaan. Jadi jangan sampai kehilangan akhlak dalam beramar ma’ruf. Karena amar ma’ruf itu sejatinya adalah mengajak kepada kebaikan dengan rasa, adab, dan sesuai budaya.
Ia menambahkan bahwa khalayak juga harus memperhatikan sumber (ustad atau ulama) mana ia mendapatkan ilmu agama. Sebab dalam perspektif santri dan agama, berilmu itu soal pengetahuan dan perilaku. Kalau akhlaknya kurang berarti belum berilmu.
“Dalam beragama itu, bukan semata-mata belajar secara kognitif, dari hafalan dan teori. Tapi yang lebih penting adalah soal adab akhlak, rasa dan hati,” jelas Habib muda yang aktif berdakwah lewat kanal youtube Jeda Nulis itu.
Maka menurutnya, masyarakat boleh menolak dakwah suatu pihak jika penuh kebencian dan ego, tidak berkasih sayang, dan tidak mengedepankan akhlak. Ego beragama itu berbahaya, lebih-lebih kalau sudah merasa hanya pandangannya yang benar.
“Egoisme ini berarti orang tersebut telah membela pandangannya melebihi pembelaannya kepada Islam, sampai-sampai rela menuding dan menyalahkan orang lain,” imbuhnya.
Sebenarnya, jelas Habib Husein, supaya pemahaman seseorang akan agama utuh serta terlatih rasa dan kasih sayangnya, idealnya ia harus nyantri untuk belajar agama.
Namun, dengan perubahan zaman di mana tren belajar agama telah bergeser, maka yang lebih dewasa dalam beragama harus jemput bola. Masuk ke tempat dan media non-tradisional, seperti Youtube, kedai kopi, dan lain sebagainya.
Sementara bagi individu yang terpanggil berdakwah namun merasa ilmunya belum cukup, ujar Habib Husein, jadilah jembatannya. Menghubungkan orang-orang alim dengan masyarakat melalui berbagai platform non-tradisional tadi.
Terakhir yang paling penting menurut Habib Husein, dalam beragama dan mengajak orang beragama harus dengan riang gembira, karena Islam itu kabar gembira. “Jangan mempersulit orang, karena hidup kita sudah sulit,” terangnya.
Sebagai informasi, cariustadz.id merupakan website layanan untuk mencari ustadz. Platform ini diluncurkan guna memudahkan masyarakat urban dan perkotaan mencari ustadz yang kompeten dan ramah untuk beragam kegiatan keagamaan, kajian keluarga, aqiqah, pernikahan dan pengajian rutin.
credit : bincangsyariah.com

Comments