Rasulullah saw. yang lahir di Makkah justru ditolak oleh para pembesar kafir Quraisy. Kota Madinah merupakan rumah kedua bagi Rasulullah saw. justru menjadi tempat subur berkembangnya Islam setelah beliau hijrah ke kota suci yang ditempati sahbat ansar tersebut.
Sebagaimana Rasulullah, para habaib di Nusantara juga berhasil menyebarkan Islam di “tempat keduanya”. Menurut Van den Berg dalam Orang Arab di Nusantara, para habaib dari Hadramaut masuk ke Nusantara sejak akhir abad ke-18. Mereka menyebarkan Islam sambal berdagang ke berbagai negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Nenek moyang para habaib di Nusantara berasal dari salah satu kota di Yaman tersebut.
Tidak heran, Habib Ahmad pun menyamakan Indonesia dengan kota Madinah. “Para Habaib juga bangga dengan Indonesia. Indonesia bagi kami adalah bagaikan Kota Suci Madinah bagi Rasulullah saw.,” kata habib yang saat ini menjadi Pengasuh Pesantren Al Fachriyyah, Ciledug, dalam acara halalbihalal dan peresmian Maktabah Kanzul Hikmah Alawiyah, Sabtu (06/29/2019).
Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan menyampaikan bahwa kelembutan, ketawadukan, dan dakwah yang tidak memaksa membuat Islam subur di Indonesia.
“Indonesia adalah negeri yang kaya dalam segala hal; kekayaan alam, minyak bumi, mineral, besi, emas, perak, kekayaan laut, kebudayaan, agama, kepercayaan, dan adat istiadat,” kata cucu Habib Salim bin Jindan ini.
Menurut Ketua Maktabah Kanzul Hikmah ini, kekayaan di atas tersebut dibungkus dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika yang tidak dimiliki bangsa lain.
Habib Ahmad menyampaikan bahwa koleksi buku dan manuskrip para ulama Alawiyin mencapai sekitar 10.000 hingga 12.000. Beberapa peneliti luar negeri yang pernah mengunjungi Kanzul Hikmah Alawiyah di antaranya adalah Martin Slama, peneliti di Austrian Academy of Sciences Institute for Social Anthropology dari Austria, dan Yamaguchi Motoki dari Keio University, Jepang.
Pendiri dan perintis Maktabah Kanzul Hikmah adalah almarhum Habib Husain bin Abdullah As-Segaf dari Gresik. Hadir juga dalam acara tersebut Prof. Dr. Qurasih Shihab habib dan pakar tafsir Indonesia; Dr. Alwi Shihab, mantan Menteri Luar Negeri era Gus Dur; Akhmad Sahal, intelektual Nadhlatul Ulama, Ahmad Najib Burhani, intelektual Muhammadiyah.
credit : bincangsyariah.com
Comments
Post a Comment