Perkembangan teknologi informasi amat pesat, persebaran informasi nyaris tidak terbendung, terutama melalui medsos. Dari sekian banyak informasi yg tersebar melalui medsos tersebut, sebagian di antaranya bisa dipertanggungjawabkan kebenaranya, dan sebagian lainnya tidak.
Maraknya hoax tampaknya menjadi fenomena yang memprihatinkan yang menyertai perkembangan teknologi informasi. Sebagai user medsos, generasi millenial merupakan pengguna medsos yg paling rentan menjadi sasaran hoax.
Sementara itu, naskah dan studi naskah sejauh ini dipahami hanya berkutat dgn hal-hal kuno, atau hal hal yg terjadi di masa lampau yg terekam dalam naskah.
Oleh karena itu, sejauh mana naskah dan studi naskah dapat memberikan kontribusi kepada generasi milenial dalam menangkal hoax?
Oleh karena itu, sejauh mana naskah dan studi naskah dapat memberikan kontribusi kepada generasi milenial dalam menangkal hoax?
Lingkar Filologi Ciputat atau LFC menggelar acara Ngobrol Filologi atau Ngofi bertajuk ‘Manuskrip sebagai Sumber Generasi Milenial Menangkal Hoaks’ dengan pembicara Dr. M. Misbachul Islam, M.Hum dan M. Nida’ Fadlan, M.Hum. Acara yang dimoderatori oleh Nurfika Arafah itu digelar di Oishi Kafe dan dipadati peserta dari berbagai kalangan pencinta manuskrip (2/4/2019).
“Filologi dan manuskrip memiliki nilai yang perlu diseminasikan, yaitu nilai tentang pentingnya mengecek sumber primer, dari mana berita itu diterima, dan butuh diverifikasi. Hal ini bisa disampaikan untuk kebutuhan sekarang era banjirnya informasi” ungkap Prof. Dr. Oman Fathurahman.
Hoaks diartikan sebagai informasi palsu. Ini bukan hal yang baru. Bahkan, menurut M. Adib Misbachul Islam, sejak zaman dahulu saat manuskrip marak diproduksi banyak juga kesalahan dalam penyalinan, pengubahan judul, nama pengarang, tahun, dan sebagainya.
“Kalau dilihat dari pola-pola penyebaran berita, mirip dengan pola-pola transmisi naskah. Naskah pada masa lampau saat dihadirkan pengarang, kemudian disalin oleh orang lain entah itu muridnya atau yang lainnya, lalu menyebar melintasi ruang-ruang geografis. Kini ada berita lalu disebar ke mana-mana, grup WA dengan cepat,” ucap penulis buku Puisi Perlawanan dari Pesantren itu.
Sementara itu, Nida’ Fadlan menyebutkan, dalam kajian Islam dikenal metode fatabayyanu, yaitu mencari kebenaran informasi.
“Dalam konteks manuskrip ada langkah-langkah penelitian naskah, memilih naskah, inventarisasi naskahnya tunggal atau jamak, dan sampai pada misi kajian filologi yaitu menghadirkan teks yang betul-betul otentik dan paling dekat dengan aslinya,” pungkas Nida’.
Ke depan, LFC berencana akan terus melakukan kajian, penelitian, dan penyebaran media generasi muda cinta manuskrip. Organisasi yang didirikan pada 31 Maret 2018 ini kini diketuai oleh Fathurrochman Karyadi, mahasiswa magister Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
credit : bincangsyariah.com
Comments
Post a Comment