Generasi Millenial Harus Rasional dan Bebas dari Bibit Radikal

Generasi muda adalah generasi terpelajar. Generasi terpelajar merupakan generasi yang rasional dan selalu mengedepankan logika dalam setiap pengambilan keputusan. Logika ini merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada seluruh umat manusia yang ada dibumi ini. 
Menggunakan logika untuk kebutuhan sehari-hari, menjadi perlu dan wajib di era seperti sekarang ini. Di era ketika informasi bohong alias hoaks terus merajalela. Di era ketika ujaran kebencian masih sering dijadikan alat, untuk mendiskreditkan seseorang. 
Jika kita tidak logis dan rasional, tentu kita akan mudah terprovokasi. Dan ketika provokasi itu sudah masuk, bibit intoleransi dan radikalisme bisa sewaktu-waktu masuk.
Terkadang, rasionalitas memang sengaja dibunuh karena sudut pandangnya selalu dihadapkan pada salah dan benar. Kalau salah berarti harus mendapatkan konsekwensi. Kalau benar akan mendapatkan pujian. Dalam prakteknya, salah dan benar itu terus melebar. 
Seseorang bisa secara subyektif menilai seseorang itu salah, tanpa dasar yang jelas. Seseorang bisa menyebut dia itu benar, juga hanya karena persoalan subyektif. Lalu, bagaimana jika orang tersebut dianggap sesat? Dianggap kafir? Dianggap melanggar agama? 
Ataupun dianggap menistakan agama? Kita semua pasti bisa menduga apa yang terjadi di era sekarang. Karena semuanya itu pernah terjadi pada saudara-sadara kita yang minoritas.
Kaum muda yang punya kesempatan menimba banyak ilmu pengetahuan semestinya bisa lebih rasional. Namun kenyataannya, tidak sedikit anak muda yang terpapar radikalisme. Tidak sedikit dari anak muda yang menjadi jaringan terorisme dan menjadi pelaku aksi teror. 
Semuanya berawal ketika mereka mematikan rasionalitasnya. Ketika rasionalitas dibunuh dan diganti dengan keyakinan yang salah, disitulah radikalisme akan mudah menggerogoti pikiran.
Dalam tahun ajaran baru seperti sekarang ini, jaringan radikal dan intoleran seringkali bergerilya ke kampus ataupun sekolah-sekolah untuk melakukan rekrutmen. Mereka menyusup melalui kegiatan ekstra, ataupun organisasi di dalam ataupun di luar kampus. 
Karena memang beginilah modus yang selama ini terjadi. Tak heran jika dulu banyak sekali ditemukan siswa, guru, mahasiswa bahkan dosen yang terpapar radikalisme dan mencoba untuk terus mencari pengikut.
Karena itulah kita harus terus waspada. Dan kewaspadaan ini tidak hanya dibebankan pada generasi muda, tapi semua kalangan. Termasuk para orang tua dan para pengajar yang ada di lembaga pendidikan. Para orang tua dan pengajar, harus menanamkan logika yang benar. 
Anak-anak harus mendapatkan pemahaman yang benar tentang agama, sejarah, adat istiadat, budaya dan negaranya. Semuanya harus diserap dengan baik dan utuh. Karena di Indonesia tingkat keragamannya sangat tinggi. Berbagai macam suku dan budaya ada di negeri ini.
Karena keragaman itulah, Indonesia berkembang menjadi negara yang toleran, yang sangat menghargai perbedaan. Indonesia berkembang menjadi negara yang sangat humanis, karena selalu berusaha memanusiakan manusia dan menjaga persatuan. 
Anak muda tidak boleh terpapar pengaruh buruk seperti intoleransi dan radikalisme. Anak muda harus kreatif dan inovatif, tapi tetap toleran, menjalankan segalah perintah agama dan menjaga negerinya dari segala pengaruh buruk. Ingat, jangan mudah percaya. Gunakan kepandaian yang kalian miliki. Serta gunakan logika dalam menyikapi segala hal yang terjadi. Salam.
credit : kompasiana.com

Comments