Menjaga Rasionalitas agar Kita Tetap Toleran

Konon katanya di Indonesia sekarang ini telah dipenuhi oleh generasi muda yang sangat produktif. Usia produktif siap atau sedang membanjiri Indonesia. Karena itulah banyak yang mengatakan soal Indonesia mendapatkan bonus demografi. Jika bisa memanfaatkan, Indonesia akan berkembang menjadi negara yang maju karena generasi mudanya yang sangat produktif dan melimpah. 
Semuanya ini perlu diarahkan dan dikembangkan, agar generasi muda tidak salah arah. Karena generasi muda bisa berpotensi berkembang ke arah positif, tapi juga bisa ke arah negative.
Tak dipungkiri, banyak pelaku tindak pidana masih didominasi anak muda. Namun tidak sedikit yang memenangkan kejuaran ini itu juga didominasi anak muda. Ada yang sangat inovatif tapi ada yang sangat provokatif. 
Ada yang sangat ramah tapi tidak sedikit pula yang mudah marah. Itulah gambaran anak muda saat ini. Dan tentu saja menjadi tugas kita semua untuk menjaga generasi penerus agar tetap smart, tapi tidak lupa akan asal usulnya sebagai masyarakat Indonesia.
Tugas anak-anak muda kedepan memang tidak mudah. Namun semuanya akan terasa mudah, jika semuanya bersatu bergandengan tangan, untuk mewujudkan kepentingan yang sama. 
Salah satu yang menjadi musuh bersama di era milenial ini adalah ujaran kebencian, informasi bohong alias hoaks dan propaganda radikalisme di dunia maya. Hal semacam ini harus dilawan, agar tidak menyebar ke seluruh penjuru negeri. 
Karena tak jarang di beberapa daerah nyaris terjadi konflik, hanya karena masyarakatnya terprovokasi hoaks, hate speech dan propaganda radikalisme. Ironisnya, yang menyebarkan hal tersebut sebagian adalah anak-anak muda.
Namun tidak sedikit pula anak muda yang terus semangat mensosialisasikan pentingnya literasi. Anak muda semacam inilah yang memang seharusnya. Literasi akan membuat kita menjadi terisi dengan informasi yang benar. 
Dengan literasi kita akan menjadi kritis, dan tidak mudah percaya dengan apapun dan siapapun. Selalu cek dan ricek setiap informasi yang kita serap. 
Anak muda yang semacam inilah yang harus diperbanyak di negeri ini. Anak muda yang selalu obyektif, tidak merasa paling benar sendiri, tapi tetap punya semangat untuk terus belajar dan menghargai keragaman.
Menjadi rasional bukan berarti kita pasrah pada kenyataan yang ada. Menjadi rasional artinya mengembalikan pada hal yang benar. Selama ini yang muncul didesain seolah-olah menjadi rasional, padahal hal itu justru jauh dari kata rasional. 
Kata yang baik direduksi menjadi hal yang tidak baik. Yang tidak baik bisa direduksi menjadi baik. Dengan menjadi rasional, kita akan bisa melihat segala sesuatunya secara utuh dan dari sudut pandang yang banyak. Dengan menjadi rasional, kita akan bisa mengedepankan rasa saling menghargai dan menghormati.
credit : kompasiana.com

Comments